Rabu, 01 Juni 2011

Taqwaya


  assalamu'alaikum wr. wb.

  Menurut wikipedia, taqwa berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. taqwa boleh diterjemahkan dalam surah 59 : 18, artinya - takwim (jadwal)
Taqwa menurut ustad Jumari, taqwa itu seperti ketika kita sedang berjalan menuju seuatu tempat, tetapi di tengah jalan terdapat pecahan kaca yang tersebar di sepanjang jalan. Apa yang kita lakukan? Tentu saja kita tetap terus berjalan sembari menghindari kaca-kaca tersebut.

   Menurut pendapat ustad Qusyairi, taqwa itu di bagi menjadi 4. Ta' Qof Waw dan Ya', yang dari masing-masing huruf memiliki makna tersendiri.
 

              1. Ta' yang berarrti tawadhu'. Tawadhu' adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.

Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)



“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83)

“Tidak akan berkurang harta yang dishadaqahkan dan Allah tidak akan menambah bagi seorang hamba yang pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan akan Allah angkat derajatnya.” (Shahih, HR. Muslim no. 556 dari shahabat Abu Hurairah )

              2.  Qof yang berarti Qona'ah. Secara maknawi, qonaah berarti menerima apa adanya. Merasa ikhlas dengan kondisi apapun yang dialami. Dalam bahasa jawanya : “nrimo ing pandum”. Qanaah, sebuah sikap yang sepertinya mudah namun sangat sulit dalam implementasi. Naluri manusia, terkadang kecenderungan hati lebih memaksa kita untuk bisa memenuhi semua kebutuhan kita dengan instan.

              3. Yang dimaksud wara’ menurut Sahal bin AbduLlah adalah meninggalkan hal-hal yang tidak pasti (Syubhat), yaitu hal-hal yang tidak berfaedah. Sedangkan menurut As-Syibli, wara’ merupakan upaya untuk menghindarkan diri dari berbagai hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT. Warâ’ secara bahasa berasal dari wari’a – yari’u–wara’[an]; artinya al-kaff (mencukupkan diri dari sesuatu) dan al-‘iffah (menahan diri dari sesuatu yang tidak seharusnya); bisa juga artinya taharruj (menahan diri dari—atau menjauhi—sesuatu). Jadi menurut saya, wara' adalah menghindari sesuatu yang belum jelas asal usul dan hukumnya.

              4. Ya' yang berarti yaqin. Allah SWT berfirman : 'Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan.' (QS 015 : 99). Yaqin yang tidak jauh berbeda pada bahasa Indonesia yakin, merupakan suatu perasaan yang harus di miliki hamba. Kita harus yakin saat melakukan amal kebaikan. Kita yakin bahwa amal kita akan di terima Allah SWT, sehingga dalam melakukan amal tersebut tiada keraguan, dan kita akan tetap semangat untuk melakukan amal-amal shaleh yang lain. Dalam hal lain, kita juga harus yakin, bahwa Allah SWT maha melihat, sehingga jika kita akan melakukan suatu amal buruk, kita teringat akan maha besarnya Allah SWT. 

   Keyakinan merupakan buah dari menanam bibit kepatuhan. Selagi berupa bibit dan tanpa adanya pengetahuan (‘ilm) tentang pohon dan buahnya, seseorang belum yaqin apakah bibit yang akan ditanam akan tumbuh seperti pohon yang dimaksud dan menghasilkan buah yang diinginkan. Sebagaimana ayat diatas, adalah sebuah perintah untuk menyembah Tuhan sampai datang sebuah keyaqinan, bahwa yang disembah adalah Tuhan yang dimaksud. Jadi hubungan antara tindakan kepatuhan dan keyaqinan, seperti hubungan badan dengan ruh, menjadi hidup dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya, pertolongan (tawfiq)dan petunjuk Tuhan (hidayah) menjadi faktor utama bagi seseorang untuk menuju kepatuhan, sedangkan perolehan keyaqinan adalah murni tindakan Tuhan. Jadi, mustahil mengenal Tuhan tanpa melalui tindak kepatuhan atas segala yang diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
  Jadi, taqwa merupakan pengamalan dari sifat-sifat di atas, maka orang yang di sebut bertaqwa seharusnya telah melaksanakan semua hal di atas dalam kehidupan sehari-hari.
  Demikian, taqwaya menurut yang saya ketahui, bila ada kekurangan saya mohon maaf dan mohon segera di benarkan, karena memang ilmu saya cetek. terima kasih.


Tidak ada komentar:

Aku...

Foto saya
Saya adalah seorang anak manusia